Lo pernah ngalamin nggak, desain udah cakep banget di layar, tapi pas dicetak… hasilnya kurang bagus. Warna jadi kusam, tulisan jadi blur, dan semuanya kayak nggak sesuai ekspektasi. Tenang, lo nggak sendirian! Banyak banget yang ngalamin hal serupa, terutama kalau baru mulai terjun ke dunia desain cetak.
Masalahnya, cetak itu bukan cuma soal visual keren. Ada aspek teknis yang nggak boleh lo abaikan. Mulai dari resolusi, ukuran, warna, sampai format file, semuanya berpengaruh ke hasil akhir. Nah, supaya lo nggak kecewa pas lihat hasil cetakan lo, ini dia daftar 4 kesalahan desain paling umum yang sering kejadian, plus solusinya.
Sini, gue kasih tau biar lo JADIPaham!
- Resolusi Rendah
Salah satu kesalahan paling umum adalah bikin desain dengan resolusi rendah. Banyak file gambar atau desain dari internet punya resolusi standar 72 DPI (dots per inch), karena memang itu udah cukup buat tampilan layar. Tapi buat cetak, standar minimalnya adalah 300 DPI. Kalau file lo masih di bawah itu, bisa dipastikan hasil cetaknya bakal kelihatan burem, pecah, atau nggak tajam.
Meskipun desainnya terlihat mulus di monitor, saat dicetak dalam ukuran sebenarnya, kualitasnya langsung kelihatan menurun drastis. Karena itu, penting banget buat nyiapin file dari awal dengan resolusi tinggi. Jangan nunggu desain selesai dulu baru diubah, karena itu nggak akan memperbaiki kualitas yang udah terlanjur rendah. Set dari awal di 300 DPI biar hasil cetaknya tajam, detailnya keluar, dan lo nggak kecewa. - Desain Masih Pakai Mode Warna RGB
Lo mungkin udah puas lihat warna desain lo yang vibrant di layar. Tapi pas cetak, warnanya jadi lebih kusam atau beda banget dari ekspektasi. Hal ini sering terjadi karena desain masih pakai mode warna RGB, bukan CMYK. RGB (Red, Green, Blue) memang standar buat tampilan digital, sedangkan dunia percetakan menggunakan CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black) karena lebih sesuai dengan tinta printer.
Kalau lo tetap pakai RGB sampai akhir, ada kemungkinan warna-warna tertentu akan mengalami shift saat dicetak. Misalnya, biru terang di layar bisa jadi ungu muda di kertas. Supaya hal kayak gini nggak terjadi, pastiin dari awal file lo udah disetting ke CMYK. Kalau udah terlanjur kerja di RGB, lo masih bisa konversi ke CMYK sebelum cetak, tapi beberapa warna mungkin tetap akan kelihatan sedikit berubah. - Ukuran Font Terlalu Kecil atau Terlalu Tipis
Font yang kelihatan jelas di layar belum tentu kebaca dengan baik saat dicetak. Ini sering kejadian apalagi kalau lo pakai font tipis, ukuran kecil, atau warna yang kurang kontras. Idealnya, font untuk cetak kecil minimal 6–8 pt, dan hindari font super tipis terutama kalau warnanya putih di atas background terang. Kalau medianya gede kayak poster, spanduk, atau banner, pastiin font-nya bold dan ukurannya cukup gede biar bisa kebaca dari jarak jauh. - Kirim File dalam Format yang Nggak Sesuai
Ini nih kesalahan yang paling sering kejadian tapi paling gampang dihindari. Banyak orang kirim file desain buat cetak dalam format JPEG, PNG, bahkan Word atau screenshot. Padahal, format kayak gini sering bikin masalah: warna bisa berubah, font bisa ilang, dan layout bisa acak-acakan pas dibuka di komputer lain.
Buat hasil cetak yang maksimal, sebaiknya lo kirim file dalam format PDF dengan kualitas tinggi (high quality print). Format ini bisa lock layout, warna, dan font sesuai aslinya. Kalau lo desain pakai software seperti Adobe Illustrator atau CorelDRAW, bisa juga kirim file asli (.AI atau .CDR), lengkap dengan font dan gambar yang udah di-embed atau dilink. Ini bikin proses cetak jadi jauh lebih lancar, dan lo nggak perlu bolak-balik revisi cuma karena masalah teknis.
Biar Desain Lo Nggak Gagal Cetak
Bikin desain yang kece emang butuh kreativitas, tapi biar hasil cetaknya juga keren, lo harus perhatiin sisi teknisnya. Jangan ragu konsultasi dulu, biar cetakannya nggak cuma bagus, tapi juga bikin puas. Yuk, cetak tanpa drama di JADIPrint!
